Sabtu, 03 Maret 2012

Cerpen Pertama

Edisi Abu-Abu

Sore ini angin berhembus besar, mengibarkan ranting-ranting pohon. semua pun turut menari bersamanya. Hawa dingin yang menyerbak menembus pori-pori kulit pertanda musim telah berganti. Mendung dan halilintar bersiap untuk menumpahkan isinya ke bumi. Pintu-pintu kamar tertutup menjaga diri supaya hawa dingin tidak ikut masuk. Lorong-lorong kamar mandi sepi, hanya ada suara gemericik air yang terdengar.’ini kesempatan baik’, batinnya senang. Cucian menumpuk dipojokan kamar bisa dibersihkan.
“ Ra, mau kemana? Dingin-dingin begini.”, tanya Abel.
“nyuci Bel, sekalian mau mandi”, dia terburu-buru bergegas ke kamar mandi. Namun, ada rasa yang begitu beda, perutnya terasa sakit. Hawa tak enak menyergap tubuh Rara. ‘cucian udah aku rendam, tapi tak kuasa aku untuk memegang satu kainpun’, pikirnya. Dipaksa tubuhnya untuk menyelesaikan tugasnya.
Sambil berjalan lunglai memasuki kamar Rara paksakan tubuhnya untuk kuat berjalan. Dia mengambil beberapa selimut , ia selimuti tubuhnya berharap perasaan tak enak yang  sejak tadi menghinggapinya akan hilang.
                                                ^.^
            Rara merasa suhu tubuhnya tidak normal,ia berusaha untuk pejamkan matanya. Lama-lama ia merasa
berada di gurun pasir seluruh tubuhnya disergapi hawa panas. Dia merintih, menangis, namun tak ada yang mengetahui.
            “ Ra, kamu kenapa? Wajahmu merah seperti kepiting rebus”, tanya Ina. Ia alihkan tangannya diatas dahi Rara.
            “panas sekali tubuhmu, sakit ya??”, ia terus bertanya.
Rara lunglai, seluruh tubuhnya habis terkuras menahan hawa panas yang menyelimutinya. Teman-temannya mengelilinginya. Semua kebingungan melihat keadaan Rara.
“ayo diperiksakan saja ke bidan! “, usul Abel. Semua setuju membawanya ke bidan. Di tuntunnya ia oleh teman-temannya memasuki ruang bidan. Dibaringkan tubuh Rara, seorang bidan memeriksanya.
“sudah lama panas seperti ini”,
“baru hari ini bu dokter’, jawab Abel. “ kiranya sakit apa ya dok teman saya??”, tambahnya. “ Parah ya dok??”.
“ tidak apa-apa kok, kalau panasnya 3 hari tak kunjung reda, cepat bawa ke rumah sakit ya, kemungkinan Demam Berdarah, sekarangkan lagi musimnya”, ujar dokter Yuli.
“iya dok,..terima kasih”
                                                ^.^
Tengah malam sepasang mata terjaga saat  semua orang disekelilingnya terlelap tidur. Dia merintih, menangis kesakitan. Dia pegangi perutnya dan selimuti tubuhnya. Ia mencoba memejamkan mata agar ia bisa terlelap seperti orang-orang disekelilingnya.
                                                ^.^
Dua hari berlalu, sakit Rara tak kunjung sembuh. Ia terbaring terkulai tak berdaya. Mentari sudah mencoba untuk menghibur dan menemaninya. Semua teman-teman Rara bersiap menekuni aktivitas masing-masing. Dua hari dia tidak masuk sekolah, semua teman-temannya mengkhawatirkannya. Rara terbangun, dipandanginya teman-temannya yang terburu-buru untuk berangkat sekolah.
“ selamat pagi Ra,..”, sapa Ina. Dia hanya bias membalasnya dengan senyum tipis yang tersungging dibibirnya.
“pagi yang cantik.. semoga dengan adanya pagi ini bias membawa keceriaan di harimu” , tambah Abel.” Kami semua rindu bermain bersamamu Ra, cepat sembuh ya! “.
Saat semua teman-teman Rara berangkat sekolah hanya Rara dan Kak Oyik yang ada dikamar menjagai rara.
            “makan ya dik, habis ini minum obat”, ajak Kak Oyik.
Rara mengikuti apa yang kak Oyik bilang sesuai dengan anjuran Bidan yuli. Minum obat tiga kali sehari. Sehabis minum obat dia merasa sangat kantuk, Dia terlelap.
            Ketika teman-temannya pulang sekolah, samar-samar kedua matanya terbuka. Dipandanginya teman-temannya bergantian dengan mata sayunya. Ada rasa yang aneh yang muncul,dia menyengitkan dahinya. Semua teman-temannya memakai baju abu-abu. Semua tersenyum, tertawa bahagia. Suara halilintar dan mendung diluar membawanya kembali ke ruang fatamorgana.
                                                            ^.^
            Semua orang disekelilingnya menangis, Rara melihat dirinya terbaring diruang putih dan suci, ruang yang dipenuhi dengan alat-alat medis. Dia bertanya pada orang-orang di sekelilingnya apa yang terjadi, namun tak ada yang merespon. semua orang tak bisa mendengarnya. Semua begitu aneh, dia merasa sendirian. Dia Menjerit. Dia tercenggang, ayah,ibu dan teman-temannya memakai baju abu-abu persis seperti hari kemarin. Kenapa abu-abu?. Abu-abu warna yang dapat menciptakankan kesan misterius,berkabung dingin dan kaku. Apa ini adalah sebuah pertanda Tuhan
                “yah, Rara yah,….”, Ibu rara panik melihat tubuh anaknya mengejang. Air matanya terus mengalir. Dia mengisak sejadi-jadinya dipelukkan suaminya.
            “tenang bu….rara akan baik-baik saja. Dokter akan segera datang” ,ayahnya menenangkan. Teman-teman Rarapun ikut  panik, melihat kondisinya. Dokter datang dengan seperangkat alat medisnya.
            “semua saya mohon keluar, percayakan semua pada kami. Terus berdoa insyaallah kami akan berusaha membantunya”, ujar dokter itu.
Dia mulai memeriksa keadaan Rara. Dokter terus berusaha keras menyelamatkan nyawa pasiennya. Dalam kepanikan disekanya peluh yang sedari tadi mengalir di dahinya.
            Kami menunggu dan menanti, kecemasan menyelimuti kami. Ibu dan ayah Rara tak henti-hentinya menangis dan berdoa. Dengan wajah tak menentu dokter keluar dari ruangan Rara. Wajahnya tersirat seperti memendam pearasaan berat.
            “Maafkan kami, kami sudah berusaha semaksimal mungkin,..namun Tuhan berkehendak lain..” ucap Dokter pasrah.
Ibu Rara tak bias membendung lagi tangisnya, dia terkulai pingsan mendengar penuturan yang baru saja ia dengar. Teman-teman Rara menangis tersedu-sedu. Lautan tangis membanjiri kami akan kepergiannya dari sisi kami.
                                                            ^.^
            “aaaaaaaaghhhhh……”, Rara menjerit. Terbayang klise-klise fatamorgana yang baru saja dialaminya. Terekam dengan jelas bayang-bayang abu-abu yang menguncangkan batinnya. ‘Ternyata aku hanya bermimpi’
Ada perasaan lega dihatinya, menentramkan,dan  menenangkan bahwa dia masih menerima kenyataan dia masih berada disisi orang-orang yang dia sayangi.
Abu-abu termasuk warna netral yang memang dapat menciptakan kesan misterius, keheningan dan terkesan luas, namun abu-abu menimbulkan perasaan damai dan menyimpan sejuta makna yang tersirat dari apa yang orang lihat darinya.

0 komentar:

Posting Komentar

:a: :b: :c: :d: :e: :f: :g:
:h: :i: :j: :k: :l: :m: :n: :o: :p: