Minggu, 16 Januari 2011

Cara Menggunakan Brush Bubble ( gelembung sabun )

Pada postingan cara membuat brush bubble atau brush gelembung sabun sebelum postingan ini.. gak dibahas cara pake nya.. hehehe.. sengaja.. biar banyak postingan nya :p ya udah langsung aja..
Buka foto yang mau dibuat bergelembung..

Sekarang setting Brush nya..
Yuk mari gan..
Klik Brush tool
Nanti muncul Brush palette.. kalo gak muncul silahkan Klik Windows > Brushes
Klik brush bubble yang sudah dibuat..
setting scattering nya .. ini fungsi nya untuk memisah kan bubble yang tadinya menumpuk
nanti coba-coba dengan angka yang lain..  sangat menyenangkan deh pokoknya..

Lalu setting juga shape dynamics nya..
ini berfungsi untuk besar kecil masing-masing bubble atau putaran masing -masing bubble
silahkan coba-coba aja yah..

kalo udah klik di foto yang tadi udah disiapkan..
Ukuran nya terserah temen-temen aja.. mau gede , kecil, sedang..
Lebih bagus lagi kalo foreground nya PUTIH..

Hasilnya adalah

Selamat mencoba dan bersenang-senang..  ;)

INGIN MEMPUBLIKASIKAN ULANG POSTINGAN INI DI WEB / BLOG ANDA?
*copy-paste kode di atas ke dalam form posting blog Anda

Posted by Sigit eko on Dec 28th, 2010 in Belajar Photoshop, Photoshop Dasar

Minggu, 09 Januari 2011

Kupu-kupu

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
 
Kupu-kupu Appias libythea, mengisap nektar Bidens sp.
?Kupu-kupu dan Ngengat
Seekor ngengat saturnid
Seekor ngengat saturnid
Klasifikasi ilmiah
Kerajaan: Animalia
Divisi: Rhopalocera
Filum: Arthropoda
Kelas: Insecta
Ordo: Lepidoptera
Suku
Kupu-kupu dan ngengat (rama-rama) merupakan serangga yang tergolong ke dalam ordo Lepidoptera, atau 'serangga bersayap sisik' (lepis, sisik dan pteron, sayap).
Secara sederhana, kupu-kupu dibedakan dari ngengat alias kupu-kupu malam berdasarkan waktu aktifnya dan ciri-ciri fisiknya. Kupu-kupu umumnya aktif di waktu siang (diurnal), sedangkan gengat kebanyakan aktif di waktu malam (nocturnal). Kupu-kupu beristirahat atau hinggap dengan menegakkan sayapnya, ngengat hinggap dengan membentangkan sayapnya. Kupu-kupu biasanya memiliki warna yang indah cemerlang, ngengat cenderung gelap, kusam atau kelabu. Meski demikian, perbedaan-perbedaan ini selalu ada perkecualiannya, sehingga secara ilmiah tidak dapat dijadikan pegangan yang pasti. (van Mastrigt dan Rosariyanto, 2005).
Kupu-kupu dan ngengat amat banyak jenisnya. Di Jawa dan Bali saja tercatat lebih dari 600 spesies kupu-kupu. Jenis ngengatnya sejauh ini belum pernah dibuatkan daftar lengkapnya, akan tetapi diduga ada ratusan jenis (Whitten dkk., 1999). Kupu-kupu pun menjadi salah satu dari sedikit jenis serangga yang tidak berbahaya bagi manusia.

Daftar isi

[sembunyikan]

Kebiasaan dan Makanan

Banyak orang yang menyukai kupu-kupu yang indah, akan tetapi sebaliknya jarang orang yang tidak merasa jijik pada ulat; padahal keduanya adalah makhluk yang sama. Semua jenis kupu-kupu dan ngengat melalui tahap-tahap hidup sebagai telur, ulat, kepompong, dan akhirnya bermetamorfosa menjadi kupu-kupu atau ngengat.
Kupu-kupu umumnya hidup dengan mengisap madu bunga (nektar/ sari kembang). Akan tetapi beberapa jenisnya menyukai cairan yang diisap dari buah-buahan yang jatuh di tanah dan membusuk, daging bangkai, kotoran burung, dan tanah basah.
Berbeda dengan kupu-kupu, ulat hidup terutama dengan memakan daun-daunan. Ulat-ulat ini sangat rakus, akan tetapi umumnya masing-masing jenis ulat berspesialisasi memakan daun dari jenis-jenis tumbuhan yang tertentu saja. Sehingga kehadiran suatu jenis kupu-kupu di suatu tempat, juga ditentukan oleh ketersediaan tumbuhan yang menjadi inang dari ulatnya.

Kupu-kupu dan Manusia

Kupu-kupu dan ngengat dikenal sebagai hewan penyerbuk, yang membantu bunga-bunga berkembang menjadi buah. Sehingga bagi petani, dan orang pada umumnya, kupu-kupu ini sangat bermanfaat.
Pada pihak yang lain, berjenis-jenis ulat diketahui sebagai hama yang rakus. Bukan hanya tanam-tanaman semusim yang dimangsanya, namun juga pohon buah-buahan dan pohon pada umumnya dapat habis digunduli daunnya oleh ulat dalam waktu yang relatif singkat. Banyak jenis ulat –terutama dari jenis-jenis ngengat– yang menjadi hama pertanian yang serius.
Untuk memanfaatkan keindahan beberapa jenisnya, kini orang mengembangkan peternakan kupu-kupu.

Galeri

Famili Papilionidae- The Swallowtails
Famili Pieridae - The Whites and Yellows
Famili Riodinidae - The Metalmarks, Punches and Judies
Famili Nymphalidae - The Brush-footed Butterflies
Famili Lycaenidae - The Blues

Motor Listrik Hemat Energi



Pendidikan boleh tak tamat SLTP. Tapi, ini bukan hambatan bagi Puji Slamet Arif untuk berkarya. Setelah melalui proses coba-coba selama 10 tahun, Puji akhirnya berhasil menciptakan motor listrik yang diyakininya bisa menghemat energi listrik hingga 75 persen.
Tubuhnya kurus. Rambutnya sudah banyak yang memutih. Cara bicaranya ceplas-ceplos dan selalu percaya diri. “Meski saya ini bukan orang pendidikan, tapi saya punya pengalaman. Pengalaman inilah yang membuat saya yakin akan karya saya ini,” kata Puji yang mengaku lahir di Bapinang Bulu, Sampit ini. “Saya siap diuji oleh profesor mana pun,” ujar pria 53 tahun ini.
Apa yang dikatakan Puji ini bukanlah sekadar isapan jempol. Motor listrik ciptaannya yang diberi nama Taheta (dari bahasa Dayak, artinya baru) itu bahkan sudah dipresentasikannya di ITS (Institut Teknologi 10 November). “Ini buktinya,” kata Puji, sambil menyodorkan dua lembar surat berkop ITS. Dalam surat yang ditandatangani Pembantu Rektor (Purek) IV Ir Daniel Mochammad Rosyid itu disebutkan, bahwa motor listrik karya Puji ini memang tergolong karya inovatif yang orisinil.
Dia menceritakan, pada 6 September lalu, karyanya dipresentasikan di depan beberapa dosen ITS. Di antaranya Ir Daniel M. Rosyid (Purek IV ITS), Dr Ir Soeprapto (Ketua Hak Kekayaan Intelektual ITS) dan Ir Margo Pujiantoro MT (Dosen Teknik Elektro ITS).
Alat ciptaan Puji itu dikemas sangat sederhana. Bentuknya bulat dengan diameter sekitar 25 centi meter. Alat tersebut ditutup dengan triplek. Ada kabel yang dihubungkan dengan aki 10 A (amper) 12 volt.
Selain menciptakan Taheta, Puji juga mengaku telah menciptakan tiga mesin yang dinamainya Taheta Hindai (lebih baru), Taheta Kia (baru juga), dan Taheta Toto (terbaru). “Semua temuan itu saya namakan dengan bahasa dayak karena saya ingin mempopulerkan bahasa dayak,” ujar Puji.
Untuk membuat karya-karyanya itu, Puji tak mau setengah-setengah. “Saya butuh waktu 10 tahun untuk menciptakan keempat alat itu. Utak-atik alat dan mencobanya, begitu seterusnya,” kata laki-laki yang saat ini tinggal di rumah kakaknya di Urip Sumoharjo.
Ketertarikan Puji pada hal-hal berbau teknik diawali saat Puji berusia 8 tahun. “Ayah saya punya dua kapal bermotor yang tiap hari digunakan untuk berjualan sayur di pasar terapung sepanjang sungai Sampit,” tutur putra ke lima pasangan (alm) Badri Arif dan Dewi Mulat ini. Setiap hari, Puji dipercaya ayahnya untuk memegang kemudi kapal keliling sungai Sampit. Hingga suatu saat, tiba-tiba motor kapalnya ngadat gara-gara kehabisan minyak. “Waktu ayah saya membongkar motor kapal, saya jadi tertarik untuk mempelajari seluk-beluk motor listrik,” papar pria yang sebagian rambutnya telah memutih ini.
“Waktu itu, saya sempat penasaran, bagaimana jika minyak dan semua hasil bumi telah habis. Pasti repot sekali. Semua mesin yang berbahan bakar minyak pasti mati,” tutur pria yang hobi melihat program discovery channel ini. Inilah yang lantas menggelitik Puji, selanjutnya dia bertekat untuk menggeluti hal-hal yang berbau teknik. “Jujur saja, setiap hari saya terus memikirkan cara membuat alat yang mampu bekerja tanpa menggunakan energi listrik, minimal, jika tetap memakai listrik, alat yang saya ciptakan itu harus bisa seirit mungkin,” ujarnya.
Akhirnya, tahun 1977 Puji memutuskan hijrah ke Surabaya. “Saya merasa tidak akan maju jika tetap berada di Sampit,” paparnya. Tiba di Surabaya, tempat pertama yang ditujunya adalah pasar loak. “Banyak ide-ide saya yang muncul dari pasar loak. Bahkan, kebiasaan jalan-jalan ke pasar loak itu tetap saya lakukan hingga kini,” tandas Puji.
Ketika usianya menginjak 25 tahun, Puji menikahi Tri Ida Setiani, gadis manis asal Jombang yang memberinya tiga orang putra. Setelah menikah, ketertarikan Puji pada hal-hal yang berbau teknik semakin menggebu. Hampir seluruh waktunya dicurahkan untuk mempelajari motor listrik dan bongkar pasang mesin.
Kegilaan Puji pada dunia teknik makin menjadi-jadi tahun 1992. “Di tahun itulah awal mula saya menemukan ide untuk membuat motor listrik Taheta,” paparnya. Didukung peralatan seadanya, Puji mulai mengerjakan proyek barunya itu. “Saya menggarap motor listrik ini siang malam. Bahkan, saya tidak bisa tidur jika pekerjaan belum selesai,” akunya. Perkakas yang digunakan, kebanyakan didapatnya dari pasar loak. “Semua komponen saya rakit sendiri. Hanya klaher (bearing) dan platina saja yang bikinan pabrik,” terang Puji.

hemmmm...

LEBAH MADU

Lebah madu mencakup sekitar tujuh spesies lebah dalam genus Apis, dari sekitar 20.000 spesies yang ada. Saat ini dikenal sekitar 44 subspesies. Mereka memproduksi dan menyimpan madu yang dihasilkan dari nektar bunga. Selain itu mereka juga membuat sarang dari malam, yang dihasilkan oleh para lebah pekerja di koloni lebah madu.
Lebah madu yang ada di alam Indonesia adalah A. andreniformis, A. cerana dan A. dorsata, serta khusus di Kalimantan terdapat A. koschevnikovi.

Sejarah lebah madu

Lebah madu telah di kenal oleh manusia sejak jaman budaya-budaya kuno beberapa ribu tahun yang lalu. Dalam Bibel pada bagian perjanjian lama disebutkan Manna diturunkan Allah di Padang Pasir Sinai sewaktu Nabi Musa memimpin umat Israel yang tersungut-sungut karena kekurangan makanan. (Keluaran 16:13-35) Manna (honeydew) diartikan sebagai makanan dari surga karena enaknya (Sihombing D.T.H,1997, Ilmu ternak Lebah Madu Madu, UGM Press, Yogyakarta).
Al Qur'an juga menempatkan secara istimewa lebah madu menjadi sebuah judul yaitu An Nahl (lebah Madu). dalam salah satu ayatnya (Surah An Nahl ayat 68-69 tertulis: Dan Tuhanmu mewahyukan kepada lebah: Buatlah sarang-sarang di bukit-bukit, di pohon-pohon kayu dan di tempat-tempat yang dibuat oleh manusia. Kemudian makanlah dari tiap-tiap (macam) buah-buahan dan tempuhlah jalan Tuhanmu yang telah di mudahkan. Kemudian dari perut lebah itu keluar minuman (madu) yang bermacam-macam warnanya, di dalamnya terdapat obat yang menyembuhkan bagi manusia. Sesungguhnya pada yang demikian itu terdapat tanda (kebesaran Tuhan) bagi orang-orang yang berpikir.
Lebah madu
Bee on topped lavendar.jpg
Klasifikasi ilmiah
Kerajaan: Animalia
Filum: Arthropoda
Kelas: Insecta
Ordo: Hymenoptera
Famili: Apidae
Bangsa: Apini
Genus: Apis
Linnaeus, 1758
Spesies
Apis andreniformis
Apis cerana, atau lebah madu timur
Apis dorsata, atau lebah madu raksasa
Apis florea, atau lebah madu kerdil
Apis koschevnikovi, atau lebah asal Kalimantan
Apis mellifera, atau lebah madu barat
Apis nigrocincta, atau lebah madu asli Sulawesi
Lebah madu mengumpulkan serbuk sari.
Apis cerana yang membentuk bola disekeliling dua ekor tawon. Panas tubuhnya akan membunuh tawon tersebut.

Pembudidayaan lebah madu yang kini populer berasal dari kawasan Laut Tengah (Afrika Utara, Eropa selatan dan Asia Kecil) yang selanjut menyebar ke seluruh wilayah dunia. (Sihombing D.T.H:1997). Bangsa Mesir Kuno membuat corong dari tanah liat sebagai sarang lebah, kemudian dari keranjang anyaman. Di Afrika lebah madu dipelihara dalam bongkahan kayu berbentuk silinder dan sarang tersebut digantung di pohon. Bangsa Rusia sebagai pengembang lebah madu secara modern, malahan disebut sebagai daerah lahan madu. Rusia mulai mengembangkan peternakan madu sejak abad ke 10 hingga kini secara besar-besaran. Mereka yang menemukan sarang lebah madu yang bisa dipindah-pindahkan, teknik tersebut diperkenalkan oleh Peter Prokovich (1775-1850).

;;