Rabu, 12 September 2012

It's Me


Ulul rahmawati
“ Yang mempunyai cinta”
Aku adalah seorang gadis yang sederhana. Panggil saja namaku Ulul. Lebih lengkapnya lagi Ulul Rahmawati. Aku sangat bangga memiliki nama ini, karena bagiku makna dan arti yang terkandung didalamnya sangatlah luar biasa. Siapa lagi kalau bukan bapak dan ibuku tercinta yang menghadiahkan nama special itu untukku. “Yang mempunyai Cinta”, itulah keinginan terbesar orang tua kepadaku. Memberi kebahagiaan dan kasih sayang kepada keluarga dan orang-orang terdekatku. Bagiku, hal itu adalah sesuatu yang sakral dan harus ku wujudkan sekarang ataupun nanti. Aku lahir di kota yang terkenal denag “Kota Reog”, benar sekali, Kota Ponorogo. Tepatnya pada tanggal 7 Oktober 1993. Aku adalah ank ke dua dari tiga bersaudara.
Kakakku bernama Moh.Fuad Firdausi. Tahun ini, dia genap berusia 22tahun,. Terkadang, aku sangat prihatin melihat kakakku. Ya... Kakakku memang tak bisa lulus SMA. Alhasil, dia memutuskan untuk bekerja sebagai buruh di sebuah pabrik rokok di kotaku. Tentu saja dengan gaji yang sangat sedikit. Sedangkan adik perempuanku, bernama Nur Amalina Hasanah. Dia sekarang duduk di kelas 3 SD.
Kehidupanku dipenuhi dengan kesederhanaan. Tapi, aku tak pernah menyesal dengan keadaanku ini. Bapakkulah yang banyak berperan memberiku kekuatan untuk membangun pondasi kesabaranku. Yakinlah, bahwa kita masih mempunyai Allah. Dan yakinlah bahwa Allah tak akan menelantarkan kita. Dalam kehidupan ada kalanya kita berada dibawah, adakalanya kita berada diatas. Bersabarlah..!”, itulah kata-kata Bapakku yang selalu terpatri dalam benakku. Betapa aku sanggat bangga memiliki bapak layaknya beliau. Aku tak pernah malu jika harus memperkenalkan beliau. Baiklah Bapakku bernama Imam Suwono., beliau sekarang berumur 49tahun. Bapakku bekerja sebagai pencari ikan di sungai-sungai dengan menggunakan setrum aki. Mungkin, tak ada yang bisa membayangkan seperti apa pekerjaan itu. Tapi, bagiku pekerjaan itu lebih mulia dari pekerjaan apapun. Setiap hari beliau berangkat pagi dan pulang ketika matahari sudah berada di atas Ubun-ubun. Kemudian, ikan-ikan itu dijualnya ke warung-warung. Tiap harinya ayahku hanya mendapatkan lebih kuarng 1,5kg, itu dihargai Rp 10.000,00 sampai dengan Rp 15.000,00.meskipun tak terbilang banyak, tapi setidaknya cukup untuk uang makan dan kebutuhan lainnya.
Orang yang tak kalah berjasa lagi bagiku adalah Ibu. Ibuku bernama Siti Alfiyah. Beliau sekarang berumur 42tahun. Bekerja sebagai TKW di Arab Saudi. Sudah 2tahun ini beliau bekerja disana. Awalnya aku berfikir, bahwa ibuku tak sayang padaku. Beliau tega meninggalkan ku sendirian. Tapi lambat laun, aku mulai mengerti mengapa Ibuku melakukan itu. Beliau bekerja disana hanya untuk aku, dan keluargaku. Agar aku dan adikku bisa terus sekolah. Sebenarnya aku tak tega melihat Ibuku bekerja jauh disana tanpa tau apa yang beliau lakukan dan apa yang orang lain lakukan padanya. Mungkin dari sini, aku belajar untuk ikhlas. Hanya doa padaNya, yang selalu mengobati rasa rindu dan banggaku pada Ibu.
Aku tinggal di sebuah gubug yang sangat sederhana pula. Bapak membangunnya kira-kira pada awal tahun 2002. Tapi, tak sperti rumah kebanyakan orang yamg mewah. Jika ada seorang yang bertanya padaku perihal apa warna cat rumahku. Aku akan bingung menjawabnya. Karena memang dinding rumahku belum dicat. Masih askli warna semen. Lantainya pun tak berubin. Ukurannya pun tak terlalu besar. Didalamnya pun, tak ada barang berharga. Hanya ada TV, Kipas Angin, dan kompor gas. Untuk kebutuhan air, aku sangat bersyukur memiliki Sanyo. Setidaknya itu bisa mengurangi pekerjaan Bapak agar tak memompa air. Perabot rumah yang lain sangatlah minim. Bahkan didalam ruang tamu, hanya ada tikar yang pinggirnya terlihat keropos karena rayap. Untuk alat transportasi, Bapakku menggunakan Vespa bekas yang dulu beliau beli dari salah satu temannya.
Dari kecil bapakku selalu mendidikku dengan kekerasan kedisiplinan, dan juga kesederhanaan. Ini yang membuatku berkeinginan untuk terus melanjutkan sekolah. Meskipun terkadang tetangga bahkan saudaraku memintaku untuk berhenti sekolah dengan alasan ekonomi, aku tak pernah putus asa. Allah Maha Kaya. Aku yakin allah tak pernah menyulitkan hambanya untuk mencari ilmu. Toh, beasiswa banyak. Maklum saja orang-orang sekitarku berkata seperti itu. Lingkungan rumahku pedesaan, dan pennduduknya pun bnyak yang masih brfikir primitif. Lebih mementingkan bekerja dari pada menyekolahkan anaknya. Kebanyakan, remaja di desaku sudah menikah dini. Ada juga yang sampai putus SMP untuk mnjadi buruh tani ataupun TKI di luar negeri.
Mengenai hobi dan cita-citaku, sederhana tapi luar biasa jika dilakoni. Aku tak mempunyai hobi khusus, menurutku melakukan kewajiban dengan sebaik-baiknya adalah pekerjaan dan harus dijadikan sebaga hobi ynag paten. Aku suka melihat langit, karena disan aku bisa mencurahkan apa yang sedang aku rasakan. Namun terkadang, langit menjadi misteri bagiku. Bukankah Allah SWT menciptakan segala sesuatu itu, pasti ada manfaatnya. Lantas, kemanfaatan apa yang bisa di dapat dari langit?
Rasa ingin tahu ku inilah yang membuatku ingin mempelajari salah satu ciptaan Allah ini. Akhirnya ku putuskan untuk melanjutkan pendidikan di sebuah kampus yang menjadi dambaan setiap orang. Institut Teknologi Bandung. Tentu saja dengan jurusan yang aku ingin capai yakni Astronomi. Mungkin kelak aku akan menemukan jawaban dari pertanyaanku tentang langit.
          Dengan mengenalku, kalian akan memahamiku. !!

Jombang.
Risyalah Diwandini & Ulul Rahmawati

;;