Ulul rahmawati
“ Yang mempunyai cinta”
Aku adalah seorang
gadis yang sederhana. Panggil saja namaku Ulul. Lebih lengkapnya lagi Ulul Rahmawati. Aku sangat bangga
memiliki nama ini, karena bagiku makna dan arti yang terkandung didalamnya
sangatlah luar biasa. Siapa lagi kalau bukan bapak dan ibuku tercinta yang
menghadiahkan nama special itu untukku. “Yang
mempunyai Cinta”, itulah keinginan terbesar orang tua kepadaku. Memberi
kebahagiaan dan kasih sayang kepada keluarga dan orang-orang terdekatku.
Bagiku, hal itu adalah sesuatu yang sakral dan harus ku wujudkan sekarang
ataupun nanti. Aku lahir di kota yang terkenal denag “Kota Reog”, benar sekali, Kota Ponorogo. Tepatnya pada tanggal 7
Oktober 1993. Aku adalah ank ke dua dari tiga bersaudara.
Kakakku bernama
Moh.Fuad Firdausi. Tahun ini, dia genap berusia 22tahun,. Terkadang, aku sangat
prihatin melihat kakakku. Ya... Kakakku memang tak bisa lulus SMA. Alhasil, dia
memutuskan untuk bekerja sebagai buruh di sebuah pabrik rokok di kotaku. Tentu
saja dengan gaji yang sangat sedikit. Sedangkan adik perempuanku, bernama Nur
Amalina Hasanah. Dia sekarang duduk di kelas 3 SD.
Kehidupanku
dipenuhi dengan kesederhanaan. Tapi, aku tak pernah menyesal dengan keadaanku
ini. Bapakkulah yang banyak berperan memberiku kekuatan untuk membangun pondasi
kesabaranku. “ Yakinlah, bahwa kita masih mempunyai Allah. Dan yakinlah bahwa Allah
tak akan menelantarkan kita. Dalam kehidupan ada kalanya kita berada dibawah,
adakalanya kita berada diatas. Bersabarlah..!”, itulah kata-kata Bapakku yang selalu terpatri dalam benakku.
Betapa aku sanggat bangga memiliki bapak layaknya beliau. Aku tak pernah malu
jika harus memperkenalkan beliau. Baiklah Bapakku bernama Imam Suwono., beliau
sekarang berumur 49tahun. Bapakku bekerja sebagai pencari ikan di sungai-sungai
dengan menggunakan setrum aki. Mungkin, tak ada yang bisa membayangkan seperti
apa pekerjaan itu. Tapi, bagiku pekerjaan itu lebih mulia dari pekerjaan
apapun. Setiap hari beliau berangkat pagi dan pulang ketika matahari sudah berada
di atas Ubun-ubun. Kemudian, ikan-ikan itu dijualnya ke warung-warung. Tiap
harinya ayahku hanya mendapatkan lebih kuarng 1,5kg, itu dihargai Rp 10.000,00
sampai dengan Rp 15.000,00.meskipun tak terbilang banyak, tapi setidaknya cukup
untuk uang makan dan kebutuhan lainnya.
Orang yang tak
kalah berjasa lagi bagiku adalah Ibu. Ibuku bernama Siti Alfiyah. Beliau
sekarang berumur 42tahun. Bekerja sebagai TKW di Arab Saudi. Sudah 2tahun ini
beliau bekerja disana. Awalnya aku berfikir, bahwa ibuku tak sayang padaku.
Beliau tega meninggalkan ku sendirian. Tapi lambat laun, aku mulai mengerti
mengapa Ibuku melakukan itu. Beliau bekerja disana hanya untuk aku, dan
keluargaku. Agar aku dan adikku bisa terus sekolah. Sebenarnya aku tak tega
melihat Ibuku bekerja jauh disana tanpa tau apa yang beliau lakukan dan apa
yang orang lain lakukan padanya. Mungkin dari sini, aku belajar untuk ikhlas.
Hanya doa padaNya, yang selalu mengobati rasa rindu dan banggaku pada Ibu.
Aku tinggal di
sebuah gubug yang sangat sederhana pula. Bapak membangunnya kira-kira pada awal
tahun 2002. Tapi, tak sperti rumah kebanyakan orang yamg mewah. Jika ada
seorang yang bertanya padaku perihal apa warna cat rumahku. Aku akan bingung
menjawabnya. Karena memang dinding rumahku belum dicat. Masih askli warna
semen. Lantainya pun tak berubin. Ukurannya pun tak terlalu besar. Didalamnya
pun, tak ada barang berharga. Hanya ada TV, Kipas Angin, dan kompor gas. Untuk
kebutuhan air, aku sangat bersyukur memiliki Sanyo. Setidaknya itu bisa mengurangi pekerjaan Bapak agar tak
memompa air. Perabot rumah yang lain sangatlah minim. Bahkan didalam ruang
tamu, hanya ada tikar yang pinggirnya terlihat keropos karena rayap. Untuk alat
transportasi, Bapakku menggunakan Vespa bekas
yang dulu beliau beli dari salah satu temannya.
Dari kecil bapakku
selalu mendidikku dengan kekerasan kedisiplinan, dan juga kesederhanaan. Ini
yang membuatku berkeinginan untuk terus melanjutkan sekolah. Meskipun terkadang
tetangga bahkan saudaraku memintaku untuk berhenti sekolah dengan alasan
ekonomi, aku tak pernah putus asa. Allah Maha Kaya. Aku yakin allah tak pernah
menyulitkan hambanya untuk mencari ilmu. Toh, beasiswa banyak. Maklum saja
orang-orang sekitarku berkata seperti itu. Lingkungan rumahku pedesaan, dan
pennduduknya pun bnyak yang masih brfikir primitif. Lebih mementingkan bekerja
dari pada menyekolahkan anaknya. Kebanyakan, remaja di desaku sudah menikah
dini. Ada juga yang sampai putus SMP untuk mnjadi buruh tani ataupun TKI di
luar negeri.
Mengenai hobi dan
cita-citaku, sederhana tapi luar biasa jika dilakoni. Aku tak mempunyai hobi
khusus, menurutku melakukan kewajiban dengan sebaik-baiknya adalah pekerjaan
dan harus dijadikan sebaga hobi ynag paten. Aku suka melihat langit, karena
disan aku bisa mencurahkan apa yang sedang aku rasakan. Namun terkadang, langit
menjadi misteri bagiku. Bukankah Allah SWT menciptakan segala sesuatu itu,
pasti ada manfaatnya. Lantas, kemanfaatan apa yang bisa di dapat dari langit?
Rasa ingin tahu ku inilah yang
membuatku ingin mempelajari salah satu ciptaan Allah ini. Akhirnya ku putuskan
untuk melanjutkan pendidikan di sebuah kampus yang menjadi dambaan setiap
orang. Institut Teknologi Bandung. Tentu saja dengan jurusan yang aku ingin
capai yakni Astronomi. Mungkin kelak aku akan menemukan jawaban dari
pertanyaanku tentang langit.
Dengan
mengenalku, kalian akan memahamiku. !!
Jombang.
Risyalah Diwandini & Ulul Rahmawati