SERABUT TAWA BERLAPIS LUKA
Tiga
tahun yang lalu, aku pernah mempunyai sebuah keinginan. Aku ingin mengetahui
Bumi Pertiwi, seluas apapun aku ingin menyeberanginya. Iya, yang aku punyai
sekarang masih Bumi Ilmu Bahrul Ulum.
Disanalah tempatku mendapatkan segala ilmu, serta pengalaman hidup, mengerti
akan arti kerja keras dan kasih sayang. Setiap ada even apapun di Bahrul Ulum
aku ingin mengetahuinya tanpa ada rasa kesal dan menyesal. Dari kegiatan yang
sering diadakan baik dari Yayasan, Pondok, maupun Madrasah aku merasa takjub
dengan budaya dan kekreatifan santri-santrinya. Oleh karenanya aku bertekad
untuk terus mengikuti setiap even yang diadakan guna menemukan misteri yang
tersembunyi dibalik budaya Bahrul Ulum.
Aku
tinggal di sebuah Pondok Pesantren di Bahrul Ulum yang sarat akan peraturan
yang sangat mengikat santrinya. Tiga tahun aku menimba ilmu disana perasaan
penasaranku akan budaya di Bahrul Ulum tak kunjung surut. Ya.... meskipun aku
tahu sendiri pondokku sering melarang santrinya untuk mengikuti even-even itu.
Aku pun bertekad untuk akan menemukan makna even itu secara jelas suatu hari
nanti ketika aku telah melangkah untuk keluar dari pondok ini.
Dan
tiba saat ketika waktu itu, untuk kali pertama aku menghadiri Rajabiyyah di
Bumi Damai Al Muhibbin bersama temanku. Aku terkesima sekali melihat arakan pengantin yang di gelar disana. Aku
tak akan bercerita banyak. Hanya perasaan
takjubku yang mengebu-gebu serta rasa keingin tahuanku akan Bahrul Ulum
semakin tak bisa aku elak kan.
Ketika,
kini aku telah melangkah untuk memilih jalan hidupku Di Bandung. Aku semakin
jauh dengan Bahrul Ulum. Even-even yang dulunya telah aku nantikan dan aku
persiapkanpun kini hanya tinggal dipelupuk mataku. Haflatul Kubro yang diadakan
Yayasan Bahrul Ulum yang dulunya menjadi impianku pun kini tak bisa aku hadiri.
Even ini biasanya menjadi tempat para Alumni Santri Bahrul Ulum untuk
berkumpul. Aku sangat ingin sekali menghadirinya. Tempat aku bertemu lagi
dengan teman-teman seperjuanganku. Namun sekarang terlewatkan dengan
kesendirianku di Bumi Ganesha Bandung. Mungkin saat ini teman-temanku sedang
tertawa-tawa brkumpul bersama, sedangkan aku menikmati kesendirianku tanpa ada
yang tahu bahwa akupun berharap bisa hadir diantara kalian semua. Menjadi
bagian juga dari Bahrul Ulum kembali. Menemukan arti perjalanan hidup kembali,
namun semuanya sekarang hanya tinggal senyuman getir yang akan aku teruskan
nanti di Bumi Ganesha Bandung.
Tak
ada tawa yang indah tanpa ada
segelintir luka. Mungkin itu hikmah yang
harus aku patri dalam benakku. Rasa sesal, tangis dan kecewa pada diriku harus
aku kubur malam ini juga. Serta rasa
tawa, canda, dan antusiasku pun harus aku pendam saat ini, ketika aku
kehilangan Bahrul Ulumku.
Bandung , 23 Juni 2012
Ulul
Rahmawati
0 komentar:
Posting Komentar
:h: :i: :j: :k: :l: :m: :n: :o: :p: