Senin, 25 Juni 2012

Edisi Sedih di Haflah BU


SERABUT TAWA BERLAPIS LUKA
Tiga tahun yang lalu, aku pernah mempunyai sebuah keinginan. Aku ingin mengetahui Bumi Pertiwi, seluas apapun aku ingin menyeberanginya. Iya, yang aku punyai sekarang masih Bumi Ilmu  Bahrul Ulum. Disanalah tempatku mendapatkan segala ilmu, serta pengalaman hidup, mengerti akan arti kerja keras dan kasih sayang. Setiap ada even apapun di Bahrul Ulum aku ingin mengetahuinya tanpa ada rasa kesal dan menyesal. Dari kegiatan yang sering diadakan baik dari Yayasan, Pondok, maupun Madrasah aku merasa takjub dengan budaya dan kekreatifan santri-santrinya. Oleh karenanya aku bertekad untuk terus mengikuti setiap even yang diadakan guna menemukan misteri yang tersembunyi dibalik budaya Bahrul Ulum.
Aku tinggal di sebuah Pondok Pesantren di Bahrul Ulum yang sarat akan peraturan yang sangat mengikat santrinya. Tiga tahun aku menimba ilmu disana perasaan penasaranku akan budaya di Bahrul Ulum tak kunjung surut. Ya.... meskipun aku tahu sendiri pondokku sering melarang santrinya untuk mengikuti even-even itu. Aku pun bertekad untuk akan menemukan makna even itu secara jelas suatu hari nanti ketika aku telah melangkah untuk keluar dari pondok ini.
Dan tiba saat ketika waktu itu, untuk kali pertama aku menghadiri Rajabiyyah di Bumi Damai Al Muhibbin bersama temanku. Aku terkesima sekali melihat  arakan pengantin yang di gelar disana. Aku tak akan bercerita banyak. Hanya perasaan  takjubku yang mengebu-gebu serta rasa keingin tahuanku akan Bahrul Ulum semakin tak bisa aku elak kan.
Ketika, kini aku telah melangkah untuk memilih jalan hidupku Di Bandung. Aku semakin jauh dengan Bahrul Ulum. Even-even yang dulunya telah aku nantikan dan aku persiapkanpun kini hanya tinggal dipelupuk mataku. Haflatul Kubro yang diadakan Yayasan Bahrul Ulum yang dulunya menjadi impianku pun kini tak bisa aku hadiri. Even ini biasanya menjadi tempat para Alumni Santri Bahrul Ulum untuk berkumpul. Aku sangat ingin sekali menghadirinya. Tempat aku bertemu lagi dengan teman-teman seperjuanganku. Namun sekarang terlewatkan dengan kesendirianku di Bumi Ganesha Bandung. Mungkin saat ini teman-temanku sedang tertawa-tawa brkumpul bersama, sedangkan aku menikmati kesendirianku tanpa ada yang tahu bahwa akupun berharap bisa hadir diantara kalian semua. Menjadi bagian juga dari Bahrul Ulum kembali. Menemukan arti perjalanan hidup kembali, namun semuanya sekarang hanya tinggal senyuman getir yang akan aku teruskan nanti di Bumi Ganesha Bandung.
Tak ada  tawa yang indah tanpa ada segelintir  luka. Mungkin itu hikmah yang harus aku patri dalam benakku. Rasa sesal, tangis dan kecewa pada diriku harus aku kubur malam ini juga.  Serta rasa tawa, canda, dan antusiasku pun harus aku pendam saat ini, ketika aku kehilangan Bahrul Ulumku.
Bandung , 23 Juni 2012

   Ulul Rahmawati 

0 komentar:

Posting Komentar

:a: :b: :c: :d: :e: :f: :g:
:h: :i: :j: :k: :l: :m: :n: :o: :p: